Jumat, 04 Mei 2012

RISET KEPERAWATAN ::: Teknik Pengumpulan Data dan Pengukuran Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Menyusun Karya Ilmiah maka diperlukan alat ukur yakni bertujuan untuk memfokuskan hasil yang inin dicapai sang peneliti, adapun karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti adalah prinsip validitas dan realibilitas. Validitas (kesahihan) menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda. Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan beberapa hal yang secara prinsip sangat penting, yaitu validitas, realibilitas, dan ketepatan fakta/kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan/pengukuran oleh pengumpul data. Dalam pengumpulan data, pada suatu penelitian, (fakta/kenyataan hidup) diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, andal (reliable), dan aktual. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud prinsip Validitas dan reabilitas? 2. Apakah yang dimaksud pengukuran biopsikologis? 3. Bagaimana teknik pengumpulan data? 4. Skala – skala apa sajakah yang digunakan dalam pengukuran data? 5. Karakteristik metode pengumpulan data? 6. Masalah-masalah pada pengumpulan data? BAB II PEMBAHASAN A. PRINSIP VALIDITAS DAN REABILITAS a) Prinsip Validitas Prinsip Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harys dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur.Misalnya bila kita akan mengukur tinggi badan balita maka tidak mungkin kita mengukurnya dengan timbangan dacin.Jadi validitas di sini pertama-pertama lebih menekankan pada alat pengukur/pengamatan. Ada dua hal penting yang harus di penuhi dalam menentukan validitas pengukuran yaitu : 1. Relevan isi instrumen Isi instrumen harus di sesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Isi tersebut biasanya dapat di jabarkan dalam defenisi operasional.Misalnya,seorang peneliti ingin mengukur tingkat pengetahuan klien tentang perawatan luka pascaoperasi,maka instrumen yang harus ada adalah pengertian,tujuan,alat-alat yang di perlukan,cara merawat luka,dan akibat jika tidak di rawat. 2. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran Instrumen yang di susun harus dapat memberikan gambaran terhadap perbedaan subjek penelitian. Misalnya,peneliti ingin meneliti “harapan” subjek yang baru menikah di bandingkan dengan harapan subjek pasca percobaan bunuh diri (tentamensuicide). Pada perinsip ini ,peneliti harus mempertimbangkan kepada siapa ia bertanya. Misalnya peneliti ingin mengamati kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan. Peneliti harus bertanya pada keluarga (termasuk suami, istri, dan anggota keluarga, yang lain) tentang pelayanan keperawatan tersebut. tidak di perbolehkan hanya menanyakan kepada suami dan istri saja. Bila peneliti mengukur kadar suatu sat atau ukuran ( tinggi badan, berat badan, dll ), perlu dibuatkan petunjuk cara pengukuran. Demikian juga kalau peneliti memakai alat pengumpul data dengan kuesioner. Hal ini sebetulnya selain untuk mendapat data yang valit, juga di pakai untuk mendapat data yang rediabel. b) Prinsip Reliabilitas Relibialitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi di ukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting alam waktu yang bersamaan. Perlu di perhatika bahwa reliabel belum tantu akurat. Dam suatu penelitian non sosial, reliabitas suatu pengukuran atau pun pengamatan lebih mudah di kendalikan daripada penilitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial. Biasanya, dalam penilitian non sosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran atau pengamatan. Misalnya perlu alat yng andal untuk mengukur temperatur tekanan darah, dll. Ada beberapa cara pengukuran yang dapat di pakai untuk melihat relibialitas dalam pengumpulan data di bidang kedokteran, yaitu prinsip : 1. stabilitas : mempunyai kesamaan bila di lakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda, 2. eqiuvalen : pengukuran meberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama 3. homogenitas ( kesamaan ): instrumen yang dipergunakan harus mempunyai isi yang sama. Ketiga prinsip reliabilitas terasebut dapat dijelaskan seperti berikut ini : 1. Dalam menanyakan suatu fakta / kenyataan hidup pada sasaran penelitian harus memperhatikan relevansi pertanyaan bagi responden, artinya menanyakan sesuatu yang di kenang responden. 2. Pertanyaan yang di ajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan responden. Ini penting mengingat tingkat intelektuaitas responde dan penanya belum tentu sama. Untuk itu pewawancara perlu di latih dan di samakan interprestasi pertanyaan antara peneliti da petugas pengumpl data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan pengukuran atau pengamatan pada sasaran peneliti. 3. Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan, kadang-kadang peneliti / petugas dapat menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda. 4. Standardisasi . peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah distandardisasi keandalanya. Ini mudah dalam penelitian non keperawatan dan non sosial, tetapi kurang tepat untuk penelitian keperawatan mengingat masalah keperawatan yang terjadi pada klien lebih banyak di temukan pada masalah-masalah klien yang berhubungan dengan psiko-sosial- spiritual, selain juga ada paktor fisiologis. B. PENGUKURAN BIOPISIOLOGIS Pengukuran biopisiologis adalah pengukuran yang pergunakan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada dimemsi fisiologi. Contoh, pengukuran aktivitas dasar klien, perawatan kebersihan mulut, perawatan dekubitus, infeksi kontrol sehubungan dengan pemasangan kateter, dan perawatan treakostomi. meskipun pengukuran tersebut sangat sederhana, untuk mendapatkan hasil yang valid membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Instrumen pengumpulan data pada fisiologis di bedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. In-vivo : Observasi proses fisiologis tubuh,tanpa pengambilan bahan/spesimen dari tubuh klien. Misalnya pengukuran penurunan tekanan darah pada penelitian pengaruh penggunaan tekanan darah pada klien selama laparostomi. 2. In-Vitro : Pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien.Misalnya tingkat stres pada klien IMA laki-laki dan perempuan (pengambilan urine untuk memeriksa kadar hormon stres:kortisol,kateklamin,dan penurunan imun). C. PENGUMPULAN DATA a. Pengertian Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpula data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang di gunakan. Selama dalam pengumpulan data, peneliti mempokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpul data, memperhatikan prinsip-prinsip paliditas dan prebilialitas, serta menyelesaikan masalah- masalah yang terjadi agar dapat terkumpul sesuai rencana yang telah di tetapkan. Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelititan. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Adapun bentuk-bentuk pengumpulan data atau Alat ukur pengumpulan data sebagai berikut : b. Metode Pengumpulan Data a. Pengukuran Observasi: Tidak terstruktur dan terstruktur Beberapa jenis masalah keperawatan memerlukan suatu pengamatan atau observasi untuk mengetahuinya. Pengukuran tersebut dapat di gunakan sebagai fakta yang nyata dan akurat dalam membuat suatu kesimpulan.Jenis observasi dapat di bedakan menjadi dua,yaitu terstruktur dan tdak terstruktur. 1. Tidak terstruktur Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan mencatat apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Metode observasi ini meliputi penjelasan informasi yang lebih banyak dipergunakan untuk menganalisis data secara kualitatif dari pada kuantitatif. Peneliti (observer) pedoman sesuai pertanyaan penelitiantetapi peneliti tidak hanya mengobservas pada hal –hal yang ada pada pedoman. Pada [penelitian keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta dalam suatu kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi observasi penelti ikut terlibat secara penuh dan berhubungan denga subjek khususnya terhadap kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Contoh jenis pengukuran ini dapat dilihat pada focus group discussion (FGD). 2. Terstruktur Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang tidak terstruktur yaitu peneliti cermat mendefinisikan apa yang akan diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang.peneliti tidak hanya mengobservasi fakta – fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian yangb sudah disusun sesuai pengelompokannya, pencatatan, dan pemberian kode terhadap hal – hal yang sudah ditetapkan. Instrumen observasi :Checklist Rating Scale Pada suatu pengukuran, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan kategori sustem yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan perilaku dari subjek. Hal yang sangat penting pada teknik pengukran dengan adanya sistem kategori adalah adanya definisi secara hati – hati terhadap perilaku yang diobservasi. b. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlah responden sedikit. Dalam metode wawancara ini, dapat digunakan instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau checklist. 1. Tidak terstruktur Jenis pengukuran ini dapat di pergunakan pada penelitian deskriptik dan kualitatip. Pertanyaan yang di ajukan mencakup permasalahan secara luas yang menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggalih emosi dan pendapat dari subjek terhadap suatu penelitian. Terdapat beberapa jenis pengukuran pada jenis wawancara ini : a. Wawancara secara langsung tanpa adanya suatu topik khusus yang di bicarakan. Tujuan dari wawancara adalah untuk mengglih persepsi sabjek sacara umumu tanpa adanya intervensi jawaban dari peneliti. b. Focus intervew. Jenis ini dipergunakan oleh peneliti kepada subjek yang mengunakan pertanyaan secara luas. Jenis pertanyaan biasanya berhubungan dengan suatu dorongan agar subjek bersedia berbicara secara terbuka, tidak hanya pertanyaan ya dan tidak. c. Focus group discussion ( FGD ). Adalah suatu teknik penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi ( perasaan, pikiran ) berdasarkan pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran terhadap suatu situsi / produk tertentu. d. Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjebaran tentang pengalaman hidup seseorang. e. Catatan kehidupan. Penelitian ini di gunakan untuk menanyakan kepada subjek tentang kehidupan yang terjadi selama ini berdasarkan catatan kehidupanya. 2. Terstruktur Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang di inginkan peneliti. Daftar pertanyaan biasanya sudah di susun sebelum di wawancara dan di tanyakan secara urut. Untuk jenis wawancara terstruktur yang lebih ketat, peneliti hanya di perkenankan bertanya apa adanya sesuai dengan pertanyaan yang telah di susun. Jika responden tidak jelas, peneliti hanya boleh mengulamg pertanyaan yang sama. Tahapan penyusunan wawancra terstruktur meliputi (a) menyusun pertanyaan,(b) pilot testing,(c) latihan,(d) persiapan,(e) pengulangan,(f) recording. c. Angket dan Kuesioner Angket/kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Angket terdiri atas tiga jenis, yakni : 1. Angket terbuka atau tidak berstruktur yang memberikan kebebasan responden untuk mengungkapkan permasalahan 2. Angket tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada 3. Checklist atau daftar cek yang merupakan daftar yang berisi pernyataan atau pertanyaan yang akan diamati dan responden memberikan jawaban dengan memberikan cek ( ) sesuai dengan hasilnya yang diinginkan atau peneliti yang memberikan tanda ( ) sesuai dengan hasil pengamatan. Contoh : 1. Angket terbuka Bagaimana pendapat saudara tentang pelayanan persalinan di rumah bersalin ini? .................................................................................................................................................................................................................................................. 2. Angket tertutup Apakah saudara melakukan persalinan di rumah bersalin? a. Pernah b. Tidak pernah Jika ya berapa kali? a. 1 kali b. 2 kali c. > 2 kali 3. Checklist Pernyataan Y TS S SS 1. Pada usia 0-4 bulan bayi, saya memberi ASI saja 2. Saya memberikan ASI eksklusif pada kedua payudara secara bergantian 3. Saya menyusui tergantung kemauan bayi, kurang lebih jarak 3 jam 4. Dalam memberikan ASI eksklusif, saya usahakan sampai payudara kosong 5. Setelah menyusui, bayi selalu saya sendawakan      d. Dokumentasi Merupakan metpode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan film dokumenter. e. Statistik (sensus dan survey) Sensus atau survey adalah mencari data pada setiap orangatau sebagian orang yang akan diamati atau diukur. Dalam pengumpulan data lebih banyak digunakan survey karena dengan melakukan pengumpulan data melalui survei biaya murah, waktu dan tenaga sedikit, dan data yang diperoleh lebih terpercaya. Sedangkan kelemahan dari survey adalah data yang diperoleh bersifat sesaat sehingga tidak dapat menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu. f. Tes Tes ini merupakan metode pengumpulan data dengan memberikan beberapa soal ujian atau tes. Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam melakukan tes di antaranya : tes kepribadian untuk mengetahui kepribadian seseorang, tes bakat untuk mengetahui bakat seseorang, dan tes sikap untuk mengetahui sikap seseorang c. Tugas Peneliti Dalam Pengumpulan Data Pada penelitian kualitatip dan kuantitatif, peneliti harus melaksanakan lima tugas dalam proses pengumpulan data. Tugas tarsebut berhubungan dan di laksanakan secara simultan, dengan kata lain tidak secara berurutan. Tugas tersebut meliputi : a. Memilih subjek Subjek dapat di pilih selama proses pengumpulan data. Penentuan pemilihan subjek bergantung pada rancangan penelitian yang di gunakan peneliti. Peneliti harus mempertimbangkan paktor-paktor yang terjadi selama proses pengumpulan data untuk menghindari terjadinya suatu bias penelitian. Faktor-faktor penghambat dalam pemilihan subjek antara lain (1). semakin meningkatnya perawat yang melakukan riset, sehingga jumlah subjek juga terbatas, (2) melibatkan klien atau perawat sebagai subjek berarti juga menjalin masalah bagi perawatan dan institusi, dan (3). Klien di lindungi secara hukum dari berbagai kegiatan penelitian yang mungkin dapat merugikan klie. b. Mengumpulkan data secara konsisten Konsep agar pengumpulan data dapat akurat adalah perlunya suatu konsistensi. Kpnsistensi tersebut perlu untuk mempertahankan pola pengumpulan data pada setiap tahap berdasarkan rencana yang telah di tetapkan. Hal ini penting di lakukan agar tidak terjadi perbedaan hasil antara waktu pengumpulan data yang satu dengan yang lainya. c. Mempertahankan pengendalian dalam penelitian. Tujuan pengendalian penelitian adlah untuk meminimalisasi terjadinya bias pada hasil penelitian. Penelitian perlu memperhatikn dan mengendalikan adnya variabe-variabel yang tidak di teliti tetapi mempunyai pengaruh terhadap variabel yang di telitih. d. Menjaga integritas / paliditas penelitian Mempertahankan kpnsistensi dan pengendalian selama pengumpulan data berarti mempertahankn adanya suatu integritas atau faiditas penelitian. Untu dapat melaksanakanya, peneliti harus cermat terhadap adanya setiap perubahan atau upaya merubah suatu rencana yang telah di tetapkan agar tidak terjadi ketidak sinambungan. e. Memecahkan masalah Masalah dapat di persepsikan sebagai suatu prustasi atau sebagai suatu tantangan. Oleh karna itu, tugas yang terpenting dalam pengumpulan data adalah menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi. Jalan yang biasa di tempuh untuk dapat menyelesaikan masalah dalam pengumpulan data adalah perlu adanya orang lain untuk memberikan masuka dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik, agar tujuan penelitian dapat di capai. D. SKALA PENGUKURAN Ketika Menyusun instrumen karya ilmiah maka harus mengetahui tentang skala – skla pengukurun yang biasa di gunakan, agar instrumen dapat diukur sesuai dengan permasalahan penelitian. 1. Skala Normal Merupakan skala yang paling sederhana yang disusun sebagai pembeda atau menurut jenis kategori, seperti jenis kulit ada putih, hitam, kuning; angka 1,2,3, suku seperti maduru, Bugis,Sunda, dan lain-lain: agama islam, Katolik, Hindu, Budha,dan lain-lain ; jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. 2. Skala Ordinal Merupakan skala berjenjang ataau tingkatan,seperit kurang,cukup, baik ; tingkat 1 , tingkat 2 ,tingkat 3; rendah , sedang, tinggil;, miskin, sederhana, kaya; atau kepangkatan,dan ain-lain. 3. Skala Interval Merupakan skala yang menunjukaan jarak antara satu data dengan data yang lain yang memiliki bobot yang sama,tidak mempunyai nilai nol yang mutlak, contohnya seperti temperatir yang atau suhu, dan lain-lain . 4. Skala Rasio Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama sepetrti ukuran berat badan, umur, usia, manusia, jarak , panjang, dan lain-lain Selain keempat skala pengukuran. Terdapat skala pengukuran dalam sikap yang dikembangkan dari skalainterval, yakni ; a. Skala Likert Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, persepsi seseorang tentang segala atau masalah yanh ada di masyarakat atau yang di alaminya. Berapa bentuk jawaban pertanyaan yang masyk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut : Pernyataan Positif Nilai Sangat setuju : SS Setuju : S Tidak setuju : TS Sangat tidak setuju : STS Pernyataan S TS S SS Apakah saudara memberikan ASI ekslusif dilakukan pada usia 0-6 bulan Cara interpretasi dapat berdasarkan persentase sebagai berikut ini : 0% 25% 50% 75% 100% STS TS S SS Angka : 0 – 25 % : sangat tidak setuju (sangat tidak baik) Angka : 26 – 50% : tidak setuju (tidak baik) Angka : 51 – 75% : setuju (baik) Angka : 76 -100% : sangat setuju (sangat baik) b. Skala Guttaman Skala guttaman’skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/ pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala ini pada umumnya dibuat cheklist dengan interprestasi penilaian, apabila skor benar 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala likert Contoh : Pernyataan Ya Tidak Apakah saudara memberikan ASI ekslusif dilakukan pada usia 0-6 bulan c. Skala Diferensial Semantik Merupakan skala perbedaan semantic yang berisi pernyataan sikap seseorang, yang memberikan jawaban rentang dari positif ke negatif. Contoh : Beri nilai sikap bidan dalam komunikasi selama menolong persalinan anda : 1. Sopan 5 4 3 2 1 Tidak sopan 2. Ramah 5 4 3 2 1 tidak ramah 3. Terbuka 5 4 3 2 1 tertutup 4. Menghargai 5 4 3 2 1 tidak menghargai d. Skala Rating Merupakan Skala sikap yang memberikan pernyataan dengan jawaban yang berupa angka yang telah disediakan, yang hampir sama dengan skal likert akan tetapi tersedia jawaban yang berupa interval angka. Contoh: Pernyataan S TS S SS Apakah saudara memberikan ASI ekslusif dilakukan pada usia 0-6 bulan 1 2 3 4 f. Skala Thrustone Merupakan skala yang memberikan sejumlah pernyataan kepada responden. Responden diminta untuk memilih sebagian pertanyaan, kemudian di hitung oleh peneliti sesuai dengan nilai yang telah di tetapkan. Contoh ; Merekrut calon bidan dengan 3 pernyataan dari 5 pernyataan yang sesuai dengan presepsi saudara : 1. Saya memilih pekerjaan sebagai bidankarena ini adalah pekerjaan yang mulia dan terhormat 2. Apa yang dibanggakan oleh seorang bidan bila gajinya hanya cuckup saja 3. Kebahagian seorang bidan apabila berhasil menolong pasiennya melahirkan dengan normal. 4. Semestinya gaji bidan lebih besar dari pegawai lainnya 5. Apakah bidan lebih muliah dari seorang perawat E. KARAKTERISTIK METODE PENGUMPULAN DATA Karakteristik metode pengumpulan terdiri dari beberapa dimensi,yaitu: a. Struktur. Pengumpulan data penelitian sering di susun berdasarkan struktur tertentu,yaitu pengumpulan data yang benar-benar yang sesuai pada semua objek. b. Kuantitatif. Data yang di kumpulkan pada penelitian kuantatif harus di susun berdasarkan penghitungan sehingga dapat di analisis secara statistik.Sebaliknya,data pada penelitian kualitatif dapat di analisis secara kualitatif dapat di kumpulkan berdasarkan format narasi. c. Obstrusiveness. Pengumpulan data harus di dasarkan pada kemampuan suatu objek.Pengumpulan data yang di ketahui oleh objek biasanya cenderung memperoleh feedback yang tidak normal.Tetapi jika di laksanakan tanpa pengetahuan subjek,maka akan berdampak terhadap masalah etika. d. Objektif. Pengumpulan data sebaiknya di laksanakan secara objektif,sejauh mungkin menghindari unsur subjektivitas.Tetapi pada penelitian sosial,pengambilan pada keputusan secara subjektif jauh lebih bermakna. Pertimbangan dalam pemilihan tehnik pengumpulan data adalah : a. Pertimbangan praktis, menyangkut aspek tenaga, ketrampilan waktu, alat, prosedur, dana. b. Pertimbangan ketelitian, menyangkut aspek reabilitas (tetap, ajeg, stabil) dan validitas (ketepatan). F. MASALAH-MASALAH PADA PENGUMPULAN DATA Masalah-masalah yang akan di jumpai peneliti selama proses pengumpulan data sangat bervariasi,tetpi pada prinsipnya dapat di bedakan menjadi dua sumber masalah,yaitu masalah yang berasal dari subjek dan masalah dari peneliti sendiri. a. Masalah pada Subjek 1. Keterbatasan jumlah subjek Peneliti mungkin menemui hambatan karena hanya sedikit jumlah subjek yang tersedia atau mereka menolak untuk menjadi peserta.Kesalahan tersebut terjadi karena peneliti kurang dapat memproduksi jumlah subjek yang bermasalah. 2. Subject Mortality Subjek mungkin setuju untuk menjadi responden akan taetapi salah dalam pengisian ataupun tidak lengkap.ataupun beberapa subjek tidak ada di tempat pada waktu wawancara yang kedua kalinya atau tidak mengembalikan daftar isian dari kuesioner atau terganggu kesehatan sehingga ia di kelurkan dari peneliti.Pada kesalahan ini mutlak bukan suatu kesengajaan,tetpi suatu insiden.untuk tetap mempertahankan akurasi maka peneliti harus melaporkan dalam hasil peneliti tentang masalah yang di hadapi. 3. Subjek sebagai objek Peneliti pada tahap pengumpulan data ini mungkin bersifat kurang sopan ataupun menakut-nakuti sehingga isian ataupun jawaban yang di berikan tidak sesuai dengan kehendak responden.Peneliti memperlakukan responden sebagai objek dari subjek seperti halnya kita memperlakukan responden sebagai orang yang membutuhkan perawatan. 4. Pengaruh dari luar Semua jawaban dari subjek di pengaruhi oleh orang di sekitarnya ataupun subjek di keluarkan oleh peneliti karena sang isteri atau suami pada pertengahan peneliti tidak setuju menjadi responden secara mendadak. 5. Passive Resisten Tidak adanya tanggapan yang baik dari tenaga kesehatan (dokter dan perawat) lain terhadap riset yang kita laksanakan.Sehingga pengumpulan data yang kita laksanakan tidak akurat.misal,seorang peneliti sedang melakukan eksperimen dengan memberikan pengobatan pada kulit akan tetapi perawat yang lain merasa bahwa tindakan tersebut akan mengganggu kegiatan rutinitas,khususnya dalam hal mandi dll. b. Masalah pada peneliti. 1. Interaksi Peneliti kurang dapat melakukuan interaksi dengan baik kepada subjek,sehingga informasi yang di terima dari subjek kurang akurat . 2. Kurangnya Keterampilan Kurangnya keterampilan ataupun pengalaman dalam pengumpulan data berdampak terhadap data yang di kumpulkan.Hal ini bisa di lihat pada peneliti pemula yang biasanya hanya menekankan pada data-data yang di liat tanpa adanya upaya untuk menggali/menghubungkan dengan data lain.Sebenarnya di balik semua data yang di berikan terdapat informasi yang sangat di perlukan untuk menjawab pertanyaan peneliti. 3. Komplik peran dari peneliti Sebagai seorang peneliti kadang kita merasa seorng petugas di lapangan,sehingga pada waktu melakukan pengumpulan data kita melakukan intervensi keperawatan secara emosional.Akibatnya hasil yang kita harapkan akan bias,karena kita terlalu dominan memengaruhi pendapat dari klien(subjek). BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti adalah validitas dan realibilitas. Validitas (kesahihan) menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda. pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan I Instrumen dalam mengumpulkan data.Instrumen harys dapat mengukur apa yangseharusnya di ukur.Misalnya bila kita akan mengukur tinggi badan balita maka tidak mungkin kita mengukurnya dengan timbangan dacin.Jadi validitas di sini pertama-pertama lebih menekankan pada alat pengukur/pengamtan. B. SARAN Dengan selesainya makalah ini kami sangat berharap kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami serta mengamalkan apa yang di peroleh setelah membaca makalah ini. DAFTAR PUSTAKA  Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : salemba Medika.  Hidayat, A.Aziz Alimun. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik penulisan ilmiah.jakarta: Salemba Medika

Sabtu, 28 April 2012

Laporan MMD III Dusun Buntuangin Kec. Alla Kab. enrekang

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Keperawatan yaitu suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual yang bersifat komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Dalam pencapaian peningkatan derajat kesehatan perlu pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Salah satu bentuk nyata yaitu dengan melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL). Berdasarkan Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) AKPER Muhammadiyah Makassar Angkatan ke XIX Tahun 2012 di Dusun Buntuangin Desa Bolang Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Salah satunya adalah pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa Ketiga (MMD III). Untuk itu Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) Akper Muhammadiyah Makassar akan melaksanakan MMD III, sebagai pemaparan dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Dusun Buntuangin Desa Bolang Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. B. Tujuan Adapun Tujuan Musyawarah Masyarakat Desa III adalah : 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa Ketiga (MMD III) Masyarakat dapat memperoleh gambaran tentang hasil program kerja di Dusun Buntuangin Desa Bolang Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. 2. Tujuan Khusus a. Masyarakat dapat memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan. b. Masyarakat dapat mengetahui hasil evaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. c. Masyarakat dapat menindak lanjuti program kegiatan yang telah dilaksanakan. BAB II PELAKSANAAN MMD III A. Persiapan Pelaksanaan MMD III Sebelum pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa III, ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu : 1. Koordinasi dengan kepala dusun mengenai lokasi dan waktu serta peserta yang akan diundang pada MMD III. 2. Koordinasi dengan pembimbing PKL mengenai proses pelaksanaan MMD III. 3. Pembuatan undangan dan penyebaran undangan MMD III serta pemasangan spanduk dan hasil kegiatan kerja mahasiswa PKL. 4. Pembuatan Pra planning MMD III 5. Persiapan materi MMD III 6. Persiapan konsumsi buat peserta MMD III B. Proses Pelaksanaan MMD III Proses pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa Ketiga (MMD III) adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan oleh protokol (Baso Taufik) 2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an oleh (Slamet Ryadi) 3. Sepatah kata dari kordus oleh (Syamsuriadi) 4. Pengarahan dari pembimbing PKL Akper muhammadiyah Makassar oleh ibu (A. Nur Anna S. Kep. Ns) 5. Sambutan oleh Bapak (Nasaruddun. S. Fil. i) sekaligus membuka acara MMD III. 6. Pembacaan hasil kegiatan Program Kerja Lapang (PKL) Mahasiswa Akper Muhammadiyah Makassar oleh (Nur Intang). 7. Tanya jawab (tanggapan dan usulan-usulan masyarakat) dari peserta MMD III dipimpin oleh 8. Istirahat/penutup C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan MMD III Musyawarah Masyarakat Desa Ketiga (MMD III) dilaksanakan pada : Hari/tanggal : Selasa, 10 April 2012 Pukul : 20.00 - 22.00 Tempat : Balai Kantor Desa Bolang D. Masalah yang di bahas: Evaluasi Kegiatan 1. Resiko terjadinya penyakit menular b/d kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan, ditandai dengan: Hasil Kegiatan : Setelah dilakukan penyuluhan masyarakat mengerti tentang pola hidup yang sehat.Walaupun tidak ada perubahan secara fisik tetapi perubahan secara bertahap berupa adanya perubahan perilaku pada masyarakat yaitu masyarakat mengerti tentang rumah sehat, air minum yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan penyakit yang ditimbulkan akibat sanitasi lingkungan yang buruk.Dan sebagian masyarakat sudah membuat tempat sampah yang sudah di percontohkan. 2. Resiko terjadinya peningkatan jumlah penduduk b/d kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal manfaat Keluarga Berencana (KB), ditandai dengan : Hasil Kegiatan Setelah dilakukan penyuluhan Keluarga Berencana (KB), masyarakat Dusun Buntuangin mengerti dan memahami manfaat dari KB dan alat kontrasepsi.Walaupun secara fisik tak ada perubahan yang terlihat di masyarakat. 3. Resiko terjadinya penyakit pada balita b/d kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal manfaat imunisasi, ditandai dengan : Hasil Evaluasi : Setelah dilakukan penyuluhan imunisasi, masyarakat Dusun Buntuangin mengerti dan memahami mannfaat dari imunisasi.Walaupun secara fisik tidak ada perubahan yang terlihat di masyarakat. 4. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia b/d kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal masalah kesehatan lansia, ditandai dengan : Hasil Kegiatan : Setelah dilakukan kunjungan lansia, lansia yang ada di Dusun Buntuangin mengerti dan memahami pentingnya kesehatan lansia.Hal ini dapat dilihat dari adanya partisipasi dan antusias lansia saat dilakukan kunjungan. E. Usulan dan Tanggapan 1. Ibu Risma Saya ucapkan banyak terima kasih kepada mahasiswa yang telah mengaplikasikan pengetahuannya kepada masyarakat disini. Dan salah satu saran saya sebagai anggota PKK di Dusun Buntuangin ini adalah saya harapkan kepada masyarakat Dusun Buntuangin untuk tidak melupakan kerja bakti dimana saya rasa hal ini sangat penting dan hasilnya kita sendiri yang petik. F. Faktor Penunjang dan Penghambat 1. Faktor penunjang pada pelaksanaan MMD III yaitu: a. Adanya dukungan dari Bapak Kepala Desa dan Bapak Kepala Dusun b. Peran serta kepala Dusun dalam proses persiapan dan pelaksanaan MMD III. c. Antusias masyarakat untuk menghadiri pelaksanaan MMD III. 2. Faktor penghambat pada pelaksanaan MMD III yaitu: a. Fasilitas listrik yang tidak memadai (mati lampu) b. Terlambatnya warga mengahdiri acara sehingga waktu pelaksanaan MMD III mundur. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas kami dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Masyarakat telah memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa PKL. 2. Masyarakat telah mengetahui hasil evaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa PKL. 3. Masyarakat akan menindak lanjuti program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa PKL. B. Saran 1. Diharapkan peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa PKL. 2. Diharapkan mahasiswa dan masyarakat memahami dan mengetahui hasil evaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL. 3. Diharapkan masyarakat mampu menindak lanjuti kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL. SUSUNAN ACARA MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA KETIGA (MMD III) PRAKTEK KLINIK LAPANGAN (PKL) ANGKATAN XIX DI DUSUN BUNTUANGIN DESA BOLANG KEC. ALLA KAB. ENREKANG Adapun Susunan Acara MMD III yaitu sebagai berikut : 1. Pembukaan oleh protokol (Baso Taufik) 2. Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an oleh Sdr (Slamet Ryadi) 3. Sepatah kata dari kordus oleh (Syamsuriadi) 4. Pengarahan dari pembimbing oleh Ibu (A. Nur Anna,S.Kep,Ns) 5. Sambutan oleh Bapak (Nasaruddin. S. Fil. I) sekaligus membuka acara MMD III. 6. Pembacaan hasil kegiatan Program Kerja Lapang (PKL) Mahasiswa Akper Muhammadiyah Makassar oleh (Nur Intang) 7. Istirahat/penutup Daftar Nama-Nama Anggota Posko XIII Koordinator Dusun : Syamsuriadi Sekretaris : Baso Taufik Bendahara : Risnawati Anggota : 1. Suharjo Sahnun 2. Slamet Ryadi 3. Awanda Erna 4. Susanti Husain 5. Anita 6. Piramita 7. Nur Intang 8. Surianti 9. Suriani

Sabtu, 11 Desember 2010

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, yang menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah “tidak ada anggota keluarga yang merokok“. Sedangkan PHBS harus menjadi kewajiban saya dan para kader kesehatan untuk mensosialisasikannya.
Penelitian terbaru menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok, atau biasa disebut juga dengan perokok pasif.
ZAT KIMIA
Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).
NIKOTIN
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.
TIMAH HITAM (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!
GAS KARBONMONOKSIDA (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!
TAR
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
DAMPAK PARU-PARU
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
DAMPAK TERHADAP JANTUNG
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.
Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.
PENYAKIT (STROKE)
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
KEBIASAAN MEROKOK
Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok.
Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur.
GERBANG NARKOBA
Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan berulang-ulang.
Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan) rokok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi Nicotine Related Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.
Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Perhatian khusus mengenai masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah perokok remaja.
Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan dapat mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan kebiasaan tersebut, salah satunya adalah pencegahan penyalahgunaan narkoba. Menurut Teddy Hidayat, Spesialis Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif.
Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan kebiasaan yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan merokok pada anak-anak dan remaja. Orang tua serta guru memegang peranan besar untuk mengawasi, memberikan informasi yang benar dan yang terpenting tidak menjadi contoh perilaku individu yang ketagihan kebiasaan merokok.
GANGGU KESEHATAN JIWA
Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui pula bahwa pasien gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada 50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.
Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).
Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di dalam hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus obat (withdrawal) terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.
Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).
Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah satu bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan yang kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang untuk merokok dan merokok dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70% perokok tidak memiliki gejala gangguan jiwa.
Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi, menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi. Dalam beberapa penelitian nikotin terbukti efektif untuk pengobatan depresi. Pada dasarnya nikotin memberikan peluang yang menjanjikan untuk digunakan sebagai obat psikoaktif. Namun nikotin memiliki terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang antara dosis yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah sempit.
Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam bentuk murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka pemikiran pemberian nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk kebiasaan merokok. Seperti halnya morfin yang digunakan sebagai obat analgesik kuat (penahan rasa sakit), pemberiannya harus dalam pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa didapatkan dengan bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu diwaspadai karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.
SISTIM REPRODUKSI
Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2 dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa
Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan.
pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok.
120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.
WANITA MEROKOK, MENOPAUSE DINI
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia.
“Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F. Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.
Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.
Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah menjadi perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause. Para peneliti tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum usia 45 tahun.

BERHENTI MEROKOK
Beberapa alasan untuk berhenti merokok
1. Impotensi
Merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencapai suatu keadaan ereksi. Karena hal tersebutlah rokok dapat mempengaruhi days ereksi penis.
2. Wajah keriput
Merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang diperlukan sel kulit Anda dengan jalan menyempitkan pembuluh darah di sekitar wajah. Sehingga akan menyebabkan keriput.
3. Gigi berbercak dan nafas bau.
Partikel dari rokok sigaret dapat memberi bercak kuning hingga cokelat pada gigi Anda, dan ini juga akan memerangkap bakteri penghasil bau di mulut Anda. Kelainan gusi dan gigi tanggal juga lebih sering terjadi pada perokok.
4. Anda dan di sekitar’ menjadi bau.
Rokok sigaret memiliki bau yang tidak menyenangkan dan menempel pada segala sesuatu, dari kulit dan rambut Anda sampai pakaian dan barang-barang di sekitar Anda. Dan bau ini sama sekali bukan hal yang membangkitkan selera pasangan maupun teman-teman.
5. Tulang rapuh
Sejumlah penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan osteoporosis pada pria dan wanita. Sebuah penelitian mengamati kasus patah tulang pinggul pada wanita lansia, dan menyimpulkan bahwa satu dari 8 kasus patah tulang itu disebabkan oleh kehilangan massa tulang yang disebabkan oleh merokok.
6. Depresi
Sebagian ilmuwan menganggap rokok mengandung zat yang mampu menyebabkan peningkatan mood. Zat inilah yang biasanya kandungannya berkurang saat seseorang menderita depresi. Itulah juga penyebabnya mengapa orang yang sedang stres atau depresi cenderung mencari ‘pelarian’ ke rokok.
7. Panutan yang buruk bagi anak.
Setiap hari, dliperkirakan 3000 anak di AS yang menjadi ketagihan merokok sigaret. Bila mereka terus merokok, 1000 diantaranya bisa dipastikan akan meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok.
8. Kebakaran
jika Anda ceroboh, saat merokok clan membuang puntung rokok yang masih menyala ke sembarang tempat dapat menyebabkan kebakaran.
9. Sirkulasi darah yang buruk
Sel darah merah telah dirancang dari sananya untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Pada perokok, molekul oksigen digantikan oleh komponen dari asap rokok, sehingga menghambat transportasi oksigen yang penting bagi kehidupan sel.
10. Terkesan bodoh
Jika perokok membela ketergantungannya, ada satu kebenaran yang tak mampu mereka pungkiri: Seperti kata slogan, rokok itu pembunuh. jadi, bila masih ada yang meneruskan kebiasaan itu, tentunya akan terlihat bodoh kan.
TIGA HAL UTAMA
Melihat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan rokok, kiranya diantara kita perlu bahu-membahu berbuat tiga hal utama :
Komunikasi dan informasi tentang bahaya merokok, baik bagi si perokok langsung maupun perokok pasif.
Menyediakan tempat-tempat khusus bagi orang yang merokok agar yang bukan perokok tidak terkena dampak negatifnya.
Jangan merasa segan untuk menegur perokok, jika anda merasa terganggu.
STRATEGI BERHENTI MEROKOK
Berikut ini strategi-strategi yang dapat anda gunakan untuk berhenti merokok:
1. Rencanakan waktu berhenti
Rencanakan kapan anda akan berhenti merokok untuk selamanya. Waktunya mungkin saja beberapa hari ke depan atau 2 minggu lagi. Menjelang hari berhenti merokok itu, anda kurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.
2. Obat-obatan
Obat membantu mengurangi gejala-gejala berhenti merokok sampai efek terburuk terlewati. Anda mempunyai pilihan obat baik berdasarkan resep dokter maupun obat over-the-counter (tanpa resep dokter). Diskusikan pilihan tersebut dengan dokter anda.
3. Bantu diri anda sendiri
Dalam merencanakan dan menjaga keinginan anda untuk berhenti merokok, carilah informasi mengenai rokok dan penyakit yang ditimbulkan dari berbagai sumber terpercaya seperti American Cancer Society, American Lung Association, Centers for Disease Control and Prevention atau situs lokal seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia ,Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok. Bantulah diri anda dengan informasi yang meyakinkan anda untuk menjauh dari rokok setelah berhenti merokok.
4. Kelompok pendukung
Entah anda bertemu secara online atau sebuah kelompok pendukung. Carilah dukungan dari orang-orang yang juga berusaha untuk berhenti merokok.
5. Konseling
Konseling merupakan pertemuan tatap muka dengan dokter yang terpercaya, psikolog, perawat atau konselor. Forum ini akan membahas hal-hal apa saja yang menghalangi anda untuk berhenti merokok dan cara-cara untuk mengatasinya.
6. Cold turkey
Merupakan strategi dengan langsung berhenti merokok. Jika anda memilih cold turkey maka anda akan mengalami gejala-gejala putus rokok, seperti semua orang yang berhenti merokok seperti tidak sabar (restlessness), nafsu makan bertambah, mudah tersinggung.
Disarankan agar anda mencari bantuan saat anda berhenti merokok, baik itu berupa dukungan ataupun pengobatan.
7. Olahraga
Olahraga akan membantu anda mengatasi stres dan berat badan yang bertambah setelah anda berhenti merokok.
8. Ajak Sahabat/Keluarga Anda
Mintalah teman atau anggota keluarga yang tidak merokok untuk menyediakan waktu mereka jika anda mengalami masa-masa yang sulit.
9. Terapi alternatif
Beberapa perokok mencoba metode hipnotis atau akupuntur untuk membantu mereka berhenti merokok, meskipun tidak banyak yang terbukti berhasil. Namun, bila metode tersebut membuat anda berhenti merokok, berarti metode tersebut cocok dengan anda.
Untuk berhenti merokok, anda membutuhkan pendekatan personal. Apa yang berhasil untuk orang lain belum tentu berhasil pada anda
APA YANG HARUS ANDA LAKUKAN?
Bila anda seorang perokok dan berencana ingin memiliki anak, berhentilah merokok sekarang juga! (Para ahli merekomendasikan setidaknya anda berhenti merokok sebulan sebelum terjadinya pembuahan). Berkonsultasilah dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk membantu menghilangkan kebiasaan merokok anda. Banyak sekali tehnik yang ditawarkan, carilah yang paling cocok untuk dilakukan.
Berikut ada 7 cara berhenti merokok yang kami anjurkan:
1. Bersihkan dan buang. Bersihkan dan buang semua rokok yang anda miliki.
2. Buat catatan dan peringatan. Tulis catatan seperti “Anda sekarang bukan perokok” dan tempelkan pada tempat-tempat yang sering anda kunjungi – di tempat tidur, atas meja dsb.
3. Lakukan terus-menerus. Tetaplah berhenti merokok pada hari yang telah anda tentukan untuk berbuat demikian. Jangan terputus-putus melakukannya.
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan sehari-hari untuk mengalihkan keinginan merokok.
5. Berpikir positif. Pikirkan diri anda sebagai seorang yang bukan perokok. Apabila ada tawaran merokok dari teman, katakan kepada teman anda itu dengan tegas “Saya tidak merokok”.
6. Mintalah dukungan dari keluarga, kawan dekat dan rekan sekerja untuk membantu anda membuang kebiasaan merokok ini.
7. Melawan keinginan untuk merokok:
Mengalihkan perhatian ketika anda ingin merokok. Katakan pada diri anda “Nanti!!” dan lakukan hal-hal positif lainnya.
Menarik nafas panjang. Tarik nafas panjang selama lima detik dan lepaskan perlahan-lahan.
Minum air yang banyak. Hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh atau cola.
Sibukkan diri anda dengan aktivitas. Ini penting supaya anda tidak selalu terpikir untuk merokok. Aktivitas yang bisa dilakukan misalnya berkebun, membaca buku dsb.
Melakukan olahraga sekurang-kurangnya tiga kali seminggu selama 20 menit setiap sesi.
Membasuh tangan atau mandi ketika anda ingin merokok.
Kunyah sesuatu seperti permen karet, dsb.
Berdoa semoga anda diberi kekuatan dan keinginan yang tetap untuk berhenti merokok
Pada awalnya berhenti merokok membutuhkan perjuangan yang sangat berat. Jangan kaget bila ada tanda-tanda seperti mudah marah, sulit mengendalikan perasaan, kurang konsentrasi, gelisah, sulit tidur, batuk, penurunan denyut nadi, serta nafsu makan bertambah. Fase ini disebut fase withdrawal. Akan hilang sendiri setelah tiga sampai empat minggu.

Sabtu, 04 Desember 2010

PANDANGAN ISLAM TENTANG KESEHATAN

A. Pengertian Sehat
Sehat dalam pandangan islam yaitu seimbangnya anatara jasmani dan rohani yang meliputi keserasian sempurna bermacam-macam fungsi. Sehat juga adalah suatu keadaan di mana manusia mampu melakukan hubungan interaksi dengan lingkungannya baik materil maupun social, Semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri atau adjustment.
“Kesehatan adalah suatu hak bagi manusia”
Demikianlah sabda Rasulullah. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia maka islam menegaskan perlunya istiqamah menantapkan dirinya dan menegakkan agama islam.
Allah Berfirman dalam Q.S. Yunus : 57



Aritinya :
“Hai, manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu & penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berbeda) dalam dada dan petunjuk juga rahmat bagi orang-orang yang beriman.

B. Kesehatan Jiwa / rohani Menurut Islam
Islam sangat memperhatikan pendidikan jiwa dan menyucikannya dengan sifat-sifat mulia. Karena kesehatan jiwa merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan kualitas hidup dan kebahagiaan manusia, baik kehidupan pribadi, keluarga, social, politik, spirirtual, serta sampai pada bidang pekerjaan dan profesi manusia.
Allah berfirman pada Q.S. Al Imran : 164




Aritinya :
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Kehidupan mewah dan kemajuan IPTEK tidak akan menjamin kebahgiaan manusia, kaena ada tiga yang bisa menjamin kebahagiaan manusia :
1. Kejiwaan
2. Kesehatan
3. Keberagaman yang di miliki manusia

C. Kesehatan seksual menurut Islam
seksual juga merupakan hal yang penting bagi orang muslim karena berpengaruh besar terhadap kesehatan dan prilaku manusia. Orang banyak memandang seksual adalah ha yang tabuh yang sangat penting di bicarakan. Padahal dalam Al Quran sendiri seks di paparkan dengan sangat indahnya. Dengan kata-kat kiasan yang begitu Indah, yang menunjukkan seks tidak pantang untuk dibicara sembarangkan.
Allah berfirman dalam Q.S Al Baqarah : 223



Artinya :
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Islam mengajarkan kepada umatnya tentang factor-factor kesehatan seksual, adapun faktornya yaitu :
1. Pendidikan seksual secara dini
2. Memilih calon pasangan yang baik dan berakhlak mulia
3. Tata karma atau adab menggauli pasangan
4. Islam sangat melarang hubungan seksual sesame jenis dan binatang
5. Disunahkan kepada kaum adam untuk sirkumsi (sunat)
6. Islam membolehkan pria berpoligami untuk menghidari persinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu.
7. Menjaga kebersihan seksual
D. Kesehatan jasmani menurut islam
Keserasian yang sempurna antara macam-macam fungsi jasmani disertai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa yang terdapat dalam lingkungan.
Untuk mencapai kesehatan jasmani yang sempurna, umat islam harus melakukan beberapa hal yaitu :
1. Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri
Allah berfirman Q.S Al Baqarah : 222

……………………………..

Artinya :
………….Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
2. Penanggulangan dan epidemi penyakit




3. Memperbaiki makanan
Allah berfirman Q.S Abasa: 24

Artinya :
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
4. Olahraga
5. Kesehatan seksual
6. Puasa

E. Kesehatan Lingkungan
Menurut pandangan islam melalui kitab suci Al Quran, Allah telah memberikan info spiritual kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar, bahkan menjadi punah.
Allah berfirman dalam Q.S Al Baqarah : 11


Artinya :
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
Islam mengajarkan tentang pendidikan lingkungan yang diajarkan secara islami merupakan saran penting bagi muslim untuk mengenal dan menyadari lingkungan sehat, hidup secara baik dan benar.
Sikap ramah lingkungan yang diajarkan oleh agama islam kepada manusia dapat dirincikan sebagai beikut :
1. Agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengelolah lingkungan dan melestarikannya.
2. Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungannya Surah Ar Rum : 41


Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
3. Agar manusia selalu membiasakan diri bersikap ramah terhadap lingkungan.

TIPS PENGOBATAN STRESS MENTAL

Stress adalah tekanan atau beban….Stress mental artinya tekanan atau beban yang menindih mental seseorang..Stres mental yang terjadi secara berkepanjangan, mengakibatkan penyakit Depresi…perasaan yang tertekan..Depresi yang berkepanjangan akan mengakibatkan penyakit psykhsomatis……..
Nah ini cara menghadapi stres..
Pertama-tama, anda harus belajar mengenali stres:
Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stres.
Jika anda merasa stres mengaruhi pelajaran anda,
langkah pertama adalah mencari bantuan melalui pusat koseling di tempat anda.
Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memeberi tuntutan yang berlebihan. Apa yang dapat anda lakukan untuk mengatur stres anda? Strategi-strategi apa yang ada?
Perhatikan lingkunga sekitar anda
Lihatlah mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat anda ubah atau kendalikan dalam situasi tersebut.
Jauhkan diri anda dari situasi-situasi yang menekan
Beri diri anda kesempatan untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.
Secara selektif ubahlah cara anda bereaksi
Tapi jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan kendalikan reaksi anda terhadap hal ini.
Hindari reaksi yang berlebihan;
Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup? Mengapa harus merasa bingung jika cukup dengan hanya merasa gugup? Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup? Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih?
Tidur secukupnya
Kurang istirahat hanya akan memperburuk stress.

Hindari pengobatan diri sendiri atau menghindar
Alkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stres. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah.
Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri anda
Meditasi dan latihan pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stress. Berlatihlah untuk menjernihkan pikiran anda dari pikiran-pikiran yang menggangu.
Tentukan tujuan yang realistis bagi diri anda sendiri
Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup anda, anda akan dapat mengurangi beban yang berlebihan.
Jangan membebani diri anda secara berlebihan
dengan mengeluh mengenai seluruh beban kerja anda. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya, atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas.
Ubahlah cara pandang anda
Belajarlah untuk mengenali stress. Tingkatkan reaksi tubuh anda dan buatlah pengaturan diri terhadap stress.
Lakukan sesuatu untuk orang lain
Untuk melepaskan pikiran dari masalah anda sendiri.
Hindari stress
Dengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun berkebun.
Tingkatkan ketahanan diri anda
Yang harus digarisbawahi dari manajemen stress adalah ?Saya membuat diri saya sendiri sedih?.
Cobalah untuk ?memanfaatkan? stress
Jika anda tidak dapat melawan apa yang mengganggu anda, dan anda tidak dapat menghindar darinya, berjalanlah seiring dengannya dan cobalah untuk memanfaatkannya secara produktif.
Cobalah untuk menjadi seseorang yang positif
Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. ?Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan

Askep Ureterolithiasis

PROSES KEPERAWATAN
A. Pengertian
Urolithiasis adalah terdapatnya batu di saluran urinary (traktus urinarius). Neprolithiasis : batu yang terbentuk di paremkim ginjal. Ureterolithiasis: terbentuknya batu di ureter. Batu yang terbentuk dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan uretra dan ukurannya sangat bervariasi dari deposit granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Perbedaan letak batu akan berpengaruh pada keluhan penderita dan tanda/gejala yang menyertainya.





B. Etiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Faktor tertentu yang dapat mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, satus urine, periode imobilitas (drainage batu yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:
a. Teori inti (nucleus): kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
b. Teori matriks: matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
c. Teori inhibitor kristalisasi: beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks.
Batu kalsium dapat diakibatkan oleh:
- Hiperkalsiuria abortif: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.
- Hiperkal siuria renalis: kebocoran pada ginjal
- Batu oksalat dapat disebabkan oleh:
- Primer autosomal resesif
- Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.
- Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal, sindrom malabsorbsi
- Batu asam urat disebabkan oleh:
- Makanan yang banyak mengandung purin
- Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
- Dehidrasi kronis
- Obat: tiazid, lazik, salisilat
Batu sturvit biasanya mengacu pada riwayat infeksi, terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.
Namun demikian pada banyak paisen mungkin tidak ditemukan penyebabnya. Batu di saluran kemih juga dapat terjadi pada penyakit inflamasi usus dan pengobatan dengan antasida, diamox, laksatif, aspirin.
C. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah.
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau sirkulus visiosus.
Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di CVA (costa vertebral angle). Hematuria dan piuria jarang. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita kebawah mendekati kandung kemih, sedang pada pria mendekati testis. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan.
Batu ureter dapat pula tetap tinggal di ureter hanya ditemukan nyeri tekan. Nyeri letak atau tak ditemukan nyeri sama sekali dan tetep tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan hidroureter yang asimtomatik (obstruksi kronik). Tidak jarang terjadi kematian yang didahului oleh kolik. Bila obstruksi berlanjut, maka kelanjutan dari kelainan ini adalah hidronefrosis dengan atau tanpa piolonefritis sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum.
Batu yang terjebak di vesika biasanya menyebabkan gejal iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinariun dan hematuria. Jika batu menyebabkan onstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu maka dapat terjadi sepsis.
Batu uretra biasanya berasal dari batu vesika yang terbawa saluran kemih saat miksi, tetapi tersangkut di tempat yang agak lebar. Gejala yang umum: sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menetes, nyeri. Penyulitnya adalah vesikal, abses, fistel proksimal dan uremia, karena obstruksi urine.

E. Evaluasi diagnistik
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal
a. Pemeriksaan radiologik
- Foto polos: untuk mengetahui letak batu terutama yang radiopak
- Foto pielografi intravena: memperjelas batu radiolusen efek
- Pielografi retrograd, dilakukan bila ginjal yang obstruksi mengandung batu tak berfungsi sehingga kontras tak muncul.
b. Renogram: Untuk menentukan faal ginjal/faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau obstruksi ureter bilateral.
c. USG ginjal: untuk mengetahui hidronefrosis
d. Pemeriksaan air kemih
- Mikroskopik-endapan
- Biakan
- Sensitifitas kuman
e. Faal ginjal:
- Ureum
- Creatinin
- elektrolit
f. Analisis batu
• Pemeriksaan kelainan metabolik
g. Pielografi intravena (IVP) memperlihatkan gambaran menyeluruh dari ginjal, ureter dan vesika urinaria. Indikasi pielografi intravena adalah:
• Untuk menilai ukuran dan bentuk ginjal
• Untuk mengetahui adanya infeksi traktus urinarius yang berulang
• Untuk mendeteksi dan nelokalisasi batu
• Untuk mengevaluasi dugaan obstruksi traktus urinarius
• Untuk mengevaluasi penyebab hematuria.

F. Penyulit/komplikasi
o Obstruksi
o Infeksi sekunder
o Iritasi yang berkepanjangan → keganasan
Akibat obstruksi di ginjal dan ureter dapat terjadi hidronefritis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila pada kedua ginjal terkena maka akan timbul uremia karena gagal ginjal.





F. Penanggulangan/penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
• Obstruksi jalan kemih
• Infeksi
• Nyeri menetap/berulang
• Batu yang kemungkinan menyebabkan infeksi dan obstruksi
• Batu metabolok yang tumbuh cepat.
Penanganannya berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau pembedahan yang kurang invatif (misal: nefrostomi perkutan) atau tanpa pembedahan (misal: eswl/litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal →menghancurkan batu di kaliks ginjal)
• Terapi medik/simptimatik:
 diberikan obat untuk melarutkan batu
 obat anti nyeri
 pemberian diuretik untuk mendorong keluarnya batu
• Pelarutan: batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G
• Litotripsi
• Pembedahan:
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
o Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal
o Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
o Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter
o Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih





KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit hangat dan kemerahan, pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi atau tindakan lain
Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen
f. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
g. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK, paratiroidisme, hipertensi, pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen, IVP, sistoureteroskopi, scan CT, USG

Dampak KDM





















B. Diagnosa Keperawatan
Dari data-data yang didapatkan pada pengkajian, disusunlah diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang umum timbul pada batu saluran kemih adalah
a) Nyeri (akut), berhubungan dengan trauma jaringan
b) Perubahan pola eliminasi berkemih (polakisuria) berhubungan dengan obstruksi mekanik
c) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis pasca obstruksi
d) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi

C. Intervensi Keperawatan
Dari diagnosa yang telah disusun berdasarkan data dari pengkajian, maka langkah selanjutnya adalah menyusun intervensi.
a. Nyeri (akut), berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Catat lokasi nyeri, lamanya intensitas, dan penyebaran
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan pergerakan kalkulus
2) Jelaskan penyebab nyeri
Rasional : memberi kesempatan untuk pemberian analgetik dan membantu meningkatkan koping klien
3) Lakukan tindakan nyaman
Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping.
4) Bantu dengan ambulasi sesuai indikasi
Rasional : mencegah stasis urine
5) Kolaborasi : pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : mengurangi keluhan

b. Perubahan pola eliminasi berkemih (polakisuria) berhubungan dengan obstruksi mekanik
Tujuan : Mempertahankan fungsi ginjal adekuat
Intervensi :
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
2) Tetapkan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksibilitas saraf, sehingga menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong peningkatan intake cairan
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan dapat membantu lewatnya batu
4) Periksan semua urine, catat adanya batu
Rasional : penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe dan jenis batu untuk pilihan terapi.
5) Selidiki keluhan kandung kemih penuh
Rasional : Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan
6) Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional : hal ini mengindikasikan fungsi ginjal

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis pasca obstruksi
Tujuan : Mencegah komplikasi
Intervensi :
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran
Rasional : membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal
2) Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar.
3) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : indikasi hidrasi / volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi
4) Kolaborasi : awasi Hb. / Ht., elektrolit
Rasional : mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Memberikan informasi tentang proses penyakitnya / prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
1) Kaji ulang proses penyakit
Rasional : memberikan pengetahuan dasar di mana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2) Tekankan pentingnya peningkatan masukan cairan
Rasional : pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan pembentukan batu3)
3) Kaji ulang program diet
Rasional : diet tergantung tipe batu
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelayanan asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Dalam tahap ini, akan terlihat apakah tujuan yang telah disusun tercapai atau tidak.
Pada penderita dengan ureterolithiasis, hasil evaluasi yang diharapkan meliputi :
1) Nyeri hilang / terkontrol
2) Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
3) Komplikasi dicegah / minimal
4) Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami