Sabtu, 06 November 2010

FORMAT PENGKAJIAN PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEBUTUHAN DASAR/MEDICAL SURGICAL

I. DATA DEMOGRAFI
A. Biodata
- Nama ( nama lengkap, nama panggilan ) :
- Usia / tanggal lahir :
- Jenis kelamin :
- Alamat ( lengkap dengan no.telp ) :
- Suku / bangsa :
- Status pernikahan :
- Agama / keyakinan :
- Pekerjaan / sumber penghasilan :
- Diagnosa medik :
- No. medical record :
- Tanggal masuk :
- Tanggal pengkajian :
- Therapy medik :

B. Penanggung jawab
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Pekerjaan / sumber penghasilan :
- Hubungan dengan klien :

II. KELUHAN UTAMA
Keluhan klien sehingga dia membutuhkan perawatan medik, jika klien tidak mempunyai keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui penyebab sakitnya :

III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang
- Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam? :
- Bagaimana awal munculnya ?tiba-tiba?berangsur-angsur? :
- Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetap
sama dengan sebelumnya :
- Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan :
- Kondisi saat dikaji  P Q R S T :

B. Riwayat kesehatan lalu
- Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah dialami :
- Imunisasi :
- Kecelakaan yangpernah dialami :
- Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit :
- Allergi ( makanan,obat-obatan, zat/substansi,textil ) :
- Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) :



C. Riwayat kesehatan keluarga
- Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :
- Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional :
- Buat bagan dengan genogram :

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya :
- Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri sendiri :
- Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :
- Tanggapan klien tentang beban biaya RS :
- Tanggapan klien tentang penyakitnya :

V. RIWAYAT SPIRITUAL
- Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya :
- Support system dalam keluarga :
- Ritual yang biasa dijalankan :

VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien
- Tanda-tanda dari distress :
- Penampilan dihubungkan dengan usia :
- Ekspresi wajah, bicara, mood :
- Berpakaian dan kebersihan umum :
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan :

B. Tanda-tanda vital
- Suhu :
- Nadi :
- Pernafasan :
- Tekanan darah :

C. Sistem pernafasan
- Hidung : kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya sekret/polip,passase udara :
- Leher : Pembesaran kelenjar, tumor
- Dada
• Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest) :
• Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversi :
• Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi) :
• Keadaan proxsesus xipoideus :
• Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular) :
• Apakah ada suara nafas tambahan ? :
- Apakah ada clubbing finger :

D. Sistem kardiovaskuler
- Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis) :
- Arteri carotis :
- Tekanan vena jugularis :
- Ukuran jantung :
- Ictus cordis/apex :
- Suara jantung (mitral,tricuspidalis,S1,S2,bising aorta,murmur,gallop) :
- Capillary retilling time :



E. Sistem perncernaan
- Sklera (ikterus/tidak) :
- Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis) :
- Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi, kemampuan menelan,
gerakan lidah ) :
- Gaster (kembung, gerakan peristaltik ) :
- Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran) :
- Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi) :

F. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga :
- Visus (gunakan snellen card) :
- Lapang pandang :
2. Hidung
- Penciuman, perih dihidung, trauma, mimisan :
- Sekret yang menghalangi penciuman :
3. Telinga
- Keadan daun telinga, operasi telinga :
- Kanal auditoris :
- Membrana tympani :
- Fungsi pendengaran :

G. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan, bahasa) :
b. Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS :
c. Bicara (ekspresive dan resiptive )
2. Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII) :
3. Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot) :
4. Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi ) :
5. Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan) :
6. Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial) :
7. Iritasi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinski sign) :

H. Sistem muskuloskeletal
1. Kepala ( bentuk kepala ) :
2. Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM ) :
3. Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM) :
4. Lutut (Mc Murray Test, Ballotement, ROM) :
5. Kaki (keutuhan ligamen, ROM) :
6. Bahu :
7. Tangan :

I. Sistem integumen
- Rambut ( distribusi ditiap bagian tubuh, texture, kelembaban, kebersihan ) :
- Kulit (perubahan warna, temperatur, kelembaban,bulu kulit, erupsi, tahi lalat, ruam,
texture ) :
- Kuku ( warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan ) :

J. Sistem endokrin
- Kelenjar tiroid :
- Percepatan pertumbuhan :
- Gejala kreatinisme atau gigantisme :
- Ekskresi urine berlebihan , polydipsi, poliphagi :
- Suhu tubuh yang tidak seimbang , keringat berlebihan, leher kaku ) :
- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut :

K. Sistem perkemihan
- Edema palpebra :
- Moon face :
- Edema anasarka :
- Keadaan kandung kemih :
- Nocturia, dysuria, kencing batu :
- Penyakit hubungan sexual :

L. Sistem reproduksi
1. Wanita
- Payudara (putting, areola mammae, besar, perbandingan kiri dan kanan) :
- Labia mayora dan minora :
- Keadaan hymen :
- Haid pertama :
- Siklus haid :
2. Laki-laki
- Keadaan gland penis (urethra) :
- Testis (sudah turun/belum) :
- Pertumbuhan rambut (kumis, janggut, ketiak) :
- Pertumbuhan jakun :
- Perubahan suara :

M. Sistem immun
- Allergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ) :
- Immunisasi :
- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca :
- Riwayat transfusi dan reaksinya :

VII. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
- Selera makan :
- Menu makan dalam 24 jam :
- Frekuensi makan dalam 24 jam :
- Makanan yang disukai dan makanan pantangan :
- Pembatasan pola makanan :
- Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan ) :
- Ritual sebelum makan :

B. Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam :
- Frekuensi minum :
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam :

C. Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan :
- Frekuensi ? Kapan ? Teratur ? :
- Konsistensi :
- Kesulitan dan cara menanganinya :
- Obat-obat untuk memperlancar BAB/BAK :

D. Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur :
- Jam tidur (siang/malam) :
- Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan :
- Apakah tidur secara rutin :

E. Olahraga
- Program olahraga tertentu :
- Berapa lama melakukan dan jenisnya :
- Perasaan setelah melakukan olahraga :

F. Rokok / alkohol dan obat-obatan
- Apakah merokok ? jenis ? berapa banyak ? kapan mulai merokok ?
- Apakah minum minuman keras ? berapa minum /hari/minggu ? jenis minuman ? apakah banyak minum ketika stress ? apakah minuman keras mengganggu prestasi kerja ? :
- Kecanduan kopi, alkohol, tea atau minuman ringan ? berapa banyak /hari ? :
- Apakah mengkonsumsi obat dari dokter (marihuana, pil tidur, obat bius) :

G. Personal hygiene
- Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu) :
- Cuci rambut :
- Gunting kuku :
- Gosok gigi :

H. Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari-hari :
- Pengaturan jadwal harian :
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas :
- Kesulitan pergerakan tubuh :

I. Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja ? :
- Berapa banyak waktu luang ? :
- Apakah puas setelah rekreasi ? :
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang ? :
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja ? :

VIII. TEST DIAGNOSTIK
- Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
- Ro foto :
- CT Scan :
- MRI, USG, EEG, ECG, dll.

IX. Therapy saat ini (tulis dengan rinci)












DATA FOKUS
( CP.1 A )

NAMA PASIEN : …………………………. NAMA MAHASISWA : ……………….
NO.REKAM MEDIK : …………………………. N I M : ……………….
RUANG RAWAT : ………………………….


DATA OBJEKTIF
DATA SUBJEKTIF





























ANALISA DATA
( CP.1 B )

NAMA PASIEN : …………………………. NAMA MAHASISWA : ……………….
NO.REKAM MEDIK : …………………………. N I M : ……………….
RUANG RAWAT : ………………………….

NO
DATA
MASALAH ETIOLOGI


































DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP.2 )

NAMA PASIEN : …………………………. NAMA MAHASISWA : ……………….
NO.REKAM MEDIK : …………………………. N I M : ……………….
RUANG RAWAT : ………………………….

NO MASALAH/DIAGNOSA TGL.DITEMUKAN
TGL.TERATASI






























RENCANA KEPERAWATAN
( CP.3 )

NAMA PASIEN : …………………………. NAMA MAHASISWA : ……………….
NO.REKAM MEDIK : …………………………. N I M : ……………….
DIAGNOSA MEDIK : ………………………….

TGL NDX. DAN DATA PENUNJANG TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
































CATATAN TINDAKAN
( CP.4 )

NAMA PASIEN : …………………………. NAMA MAHASISWA : ……………….
NO.REKAM MEDIK : …………………………. N I M : ……………….
RUANG RAWAT : ………………………….

TGL KODE NDx JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL


CATATAN PERKEMBANGAN
( CP.5 )

NAMA PASIEN : …………………………. NAMA MAHASISWA : ……………….
NO.REKAM MEDIK : …………………………. N I M : ……………….
RUANG RAWAT : ………………………….

TGL KODE NDx J A M
EVALUASI / SOAP






















RESUME KEPERAWATAN
( CP.6 )


N A M A : NO. REKAM MEDIK :
U M U R : RUANG RAWAT :
J.KELAMIN : TGL. MASUK RS :
A G A M A : TGL. KELUAR RS :
ALAMAT :


1. Masalah keperawatan pada saat pasien dirawat :







2. Tindakan keperawatan selama dirawat :






3. E v a l u a s I :






4. Nasehat pada waktu pasien pulang :





NAMA MHS : ……………………………… (…………………………)



Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan adanya luka invasif
Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.
N IM : ………………………………

Pidato English ... about Nursing

Assalamu alaikum wr.wb And Good afternoon
First of all, let’s thank to Allah SWT, the Almighty who has been giving us His mercy and blessings till we can attend this event without any obstacle in this good place and time.
Secondly, May Sholawat and Salam always be with our Prophet Muhammad Pease be Upon Him, who has guided us from the darkness to the lightness in the world as well as in the next world.
Ladiest and gentlaman
We know together that, Nursing is a professional service which forms an integral part of health care. Based on nursing science and art devoted to the individual, family groups, and communities, whether healthy or sick cover of human life
A professional nurse would have empathy for the feelings of others. Nurses must always understand the situation that happened to someone else and try as much as possible to understand the lives and experiences of others. Professional care givers will be able to make changes in themselves and especially to others, especially when all maintenance actions, based on the code of ethics and the teachings of Islam.
Ladies and gentleman
we must know, Without a code of ethics and moral basis, the treatment can easily be eroded in the healing environment and did not see someone in the context of values and a certain life. There are some codes for professional nurses who all reflect such as, autonomy (self-determination by the client), generosity with good acting, avoidance for harm, justice is meant to treat all fairly, and loyalty hold the promise of confidentiality and not distribute the client as a tribute to the client.
All this was closely related to the teachings of Islam who always ordered every man to live a mutual respect and helping others in a state in need of help.
The are proveb say that "Please help you in virtue, do not you please help in crime"
and Allah SWT say that al maidah sura "Whoever saves one life, it was as if he had saved mankind entirely"
Ladies and gentleman
Islamic health care system can be created if the following factors supported:
1. A certain character and behave Islamic
2. Friendly because smile part of the faith
3. Have properties that meet the four moral concepts in Islam such as :
Farirnest, accountabilitas, transparency (honesty), and the last concistent (istiqamah)
4. Can withstand desires
5. Help based on habluminannas and habluminnAllah.
6. Treat patients who have Baligh same-sex in meaning male with male, female with females, except for children who are not yet understood
Based on that stated in the Qur'an
An-nur letter paragraphs 30-31:
Verse 30: "Say to the man faith" they should to keep their eyes and take care the genitals, which make more purity for them, actually Allah knew what they had done. "
Ladiest and gentlaman
From explanation above, we can gets conclusion that a code of ethics very important for being Islamic nursing. Without a code of ethics and moral basis, the treatment can easily be eroded in the healing environment and don’t forget always pray to the Allah SWT. Because without his blessing we can not helping each others.
Forgive me if I have mistake in my speech. Because no body is perfect. Thanks for attention. And goog afternoon.. ASS

Askep Pada Pasien CaRongga Mulut

KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Ca rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.
Kira-kira kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang terjadi pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996).
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan masalah didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996).
hampir semua penderita kanker rongga mulut ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama berbulan-bulan atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya prognosa dari kanker rongga mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan dimana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat


B. ANATOMI DAN FISIOLOGI MULUT



1. Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
b. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
2. Rongga mulut
a. Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan
b. Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua = pangkal lidah, dorsum lingua = punggung lidah, apek lingua = ujung lidah.
3. Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar
a. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni
c. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga mulut.
Fungsi saliva :
• Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
• Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
• Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida
• Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva
• Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

C. ETIOLOGI
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor :
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari, trauma yang kronik.
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya penjaggan pada mulut sehingga mulut menjadi kotor.

D. PATOFISIOLOGI
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
• Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
• Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui pembelahan(poliferasi).
• tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.


E. MANEFESTASI KLINIK
Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di dalam mulut ataupun pada bibir, luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh, perdarahan pada rongga mulut, kehilangan gigi, sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah, kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan, pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi. Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau kemoterapi. Dengan penulisan artikel ini diharapkan kita dapat mempelajari kembali gejala klinis kanker rongga mulut sehingga dapat dilakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran kanker yang berakhir dengan kematian.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sitologi mulut.
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut (Coleman dan Nelson,1993). Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke bagian Patologi anatomi.
b. Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.
G. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker.

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan
Kaji riwayat kesehatan pasien dan tetapkan kebutuhan akan penyuluhan dan pembelajaran serta gejala – gejala yang memerlukan evaluasi medis. Cantumkan pertanyaan yang berhubungan dengan rongga mulut, mis : hygiene gigi dan mulut, lesi atau area teriritasi pada mulut, lidah dan tenggorok, riwayat sakit tenggorok atau sputum mengandung darah yang baru di alami, rasa tak nyaman yang di sebabkan oleh makanan tertentu.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari mulut dan tenggorok, periksa terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan adannya lesi, periksa leher terhadap pembesaran nodus limfe.





B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri berhubungan dengan lesi oral
• Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi, atau trauma kimia atau mekanis
• Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada penampilan dan pengobatannya
• Takut atau cemas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya
• Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi











C. DAMPAK KDM























D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa : nyeri b/d lesi oral
Karakteristik : Mengatakan sakit pada daerah mulut dan/atau sakit pada saat menelan
Hasil pasien : Nyeri berkurang
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah dan tubuh lebih releks masukan oral meningkat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri


2. Mempertahankan tirah baring selama fase aktif
3. Beri perawatan orang tiak 2 jam


4. Berikan obat analgetik sesuai anjuran jika perlu 1. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan dan memudahkan untuk intervensi selanjutnya
2. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi
3. Untuk menghilangkan sakit tenggorokan dan mengontrol bernapas
4. Obat analgatik bisa menurunkan persepsi nyeri

2. Diagnosa : Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan
kondisi patologis, infeksi, atau trauma kimia atau mekanis
Karakteristik : Membran mukosa oral klien nampak kering di kulit dengan bibir klien, mulut klien berbau dan selama sakit klien belum pernah gosokgigi
Hasil pasien : terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria evaluasi : Membran mukosa klien normal, bau mulut klien hilang PH oral klien


Intervensi Rasional
1. Kaji orang mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral



2. Mulai program hygiene oral : gunakan pencuci mulut dan salin hangat, larutan pelarut dan hidroge peroksida, sikat dengan sikat gigi, benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir 1. Agar mengetahui PH gigi, sehingga resiko terjadinya kerusakan membran mukosa serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral dengan benar
2. Agar melancarkan peredaran darah sehingga resiko terjadinya kerusakan membran mukosa serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral dengan benar

3. Diagnosa : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan
mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
Karakteristik : Penurunan BB, menolak makanan per oral
Hasil Pasien : Memperlihatkan/mendemonstrasikan masukan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : BB stabil, masukan makanan oral meningkat.
Intervensi Rasional
1. Pantau
• Berat badan tiap minggu presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, jika makanan per oral dimungkinkan
2. Berikan makanan melalui selang NGT sesuai dengan jadwal pemberiannya. Ajarkan kepada pasien cara memberikan makanan sendiri melalui selang



3. Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang lembut, mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb. Konsultasi pada ahli diet untuk memilih makanan yang tepat jika masukan oral kurang dari 30%
4. Berikan makanan sedikit tapi sering
5. Berikan obat atau muntah jika perlu
6. Jika peranan per oral sudah mulai diperbolehkan, tunggu pasien selama makan. Telah kembali teknik menelan untuk meminimalkan aspirasi. Izinkan psaien untuk sendiri, ketika pasien sudah mampu makan per oral tanpa batuk

7. Konsultasi dengan dokter jika batuk berlebihan pada sat makan per oral 1. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan



2. Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan untuk memberikan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka sampai makanan tier oral dapat dimulai. Perawatan diri menumbuhkan kemandirian

3. Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan. Ahli diet ialah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan bersama merencanakan kebutuhan dan kondisi pasien


4. Untuk merangsang nafsu makan pasien
5. Untuk mengontrol mual dan muntah
6. Kesulitan menelan dan batuk karena makan dan batuk karena per oral dapat mencetuskan ansietas. Pemberian pelayanan kesehatan yang komponen, dapat bertindak cepat ketika terjadi aspirasi, dapat menurunkan pasien berkontraksi sehingga dapat menelan dengan baik
7. Makanan melalui selang NGT perlu dimulai

3. Diagnosa : Gangguan harga diri berhubungan dengan efek samping radiotherapy penampilan fisiknya
Karakteristik : KLien nampak tidak percaya diri sering menarik diri dengan orang lain
Hasil pasien : Gangguan harga diri teratasi
Kriteria evaluasi : KLien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu

2. Dorong diskusi tentang/pecahan masalah tentang efek kanker 1. Agar mengetahui efek dari terapi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui kemungkinan resiko yang terjadi
2. Dengan memberikan HE kanker diharapkan klien mengerti akan semua proses terapi yang dilakukan dan efeknya akan terjadi sehingga klien merasa lebih kuat dalam menjalani proses penyembuhannya

4. Diagnosa : Gangguan rasa cemas b/d fisik pada penampilan dan
pengobatannya
Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti, dan gelisah
Hasil pasien : Ansietas berkurang
Kriteria evaluasi : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya ansietas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang penyakitnya, secara verbal menyadari terhadap apa yang diinginkan yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Intervensi Rasional
1. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan/status penyakitnya




2. Jelaskan metode komunikasi yang dapat digunakan secara baik dan efektif.

3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan keadaannya tentang hasil pemeriksaannya. 1. Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari interaksi membantu menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik
2. Kemauan berkomunikasi membantu mengembangkan rasa aman penting untuk fungsi andiron.
3. Ekspresi perasaan secara verbal membantu meningkatkan kesadaran akan realitas (kenyataan).

5. Diagnosa : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Karakteristik : Kulit klien nampak kotor, klien tidak pernah mandi selama sakit, badan klien berbau
Hasil pasien : Integritas kulit tetap terjaga
Kriteria evaluasi : Kulit klien nampak bersih dan bau badan klien sudah tidak ada
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker

2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan


3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter
4. Hindarkan pakaian yang ketat pada area tersebut

5. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi 1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Agar melancarkan peredaran darah (vasodilatasi) penggunaan sabun agar bau badan klien tidak ada
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan infeksi kulit

4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga integritas kulit tidak terjadi
5. Sebagai acuan agar kita dapat mengetahui hal-hal yang terjadi dan dapat mengambil keputusan masalah tindakan pengobatan yang selanjutnya



E. Evaluasi
1. Menunjukkan bukti membrane mukosa utuh
a. Bebas dari nyeri dan ketidaknyamanan pada rongga oral
b. Tidak terlihat perubahan pada integritas organ
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan
3. Mempunyai citra diri positif seperti, mampu menerima perubahan yang ada pada dirinya.
4. Mengalami penurunan rasa takut
5. Bebas dari infeksi, tidak demam, menunjukkan nilai-nilai lab yang normal.

Askep Pada Pasien pankreatitis

KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001; 1338)
Pankretitis (inflamasi pancreas) merupakan peradangan yang terjadi pada pancreas akibat autodigesti oleh enzim-enzim pancreas yang keluar dari pancreas serta konsumsi alcohol. Pankreatitis dibagi atas:
a) Pankreatitis akut (fungsi pankreas kembali normal lagi). Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin.(Brunner & Suddart).
Dalam pancreatitis akut memiliki keparahan yang berkisar dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh dengan sendirinya hingga penyakit yang dengan cepat menjadi fatal serta tidak responsif terhadap berbagai terapi. Berdasarkan pada beratnya proses peradangan dan luasnya nekrosis parenkim dapat dibedakan:
• Pankreatitis akut tipe interstitial
Meskipun bentuk ini dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien berada dalam keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami syok, gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.
• Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik,
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan perdarahan dan inflamasi.Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan dapat mengisi ruangan retroperitoneal.Bila penyakit berlanjut, dapat timbul abses atau daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur untuk timbulnya bakteri sehingga dapat menimbulkan abses yang purulen.Gambaran mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan jaringan pankreas, kantong-kantong infiltrat yang meradang dan berdarah ditemukan tersebar pada jaringan yang rusak dan mati.Pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di sekitar daerah yang nekrotik menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi peri vaskular, vaskulitis yang nyata sampai nekrosis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.

b) Pankreatitis kronik (terdapat sisa-sisa kerusakan yang permanen).
Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas.(Brunner & Suddart).
B. ETIOLOGI
1. Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian mengalami nekrosis. Batu empedu memasuki duktus koledokus dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula Vateri, menyumbat aliran getah pankreas atau menyebabkan aliran balik (refluks) getah empedu dari duktus koledokus ke dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian akan mengaktifkan enzim-enzim yang kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri yang terjadi akibat duodenitis kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis. (Brunner & Suddart).
2. Pankreatitis Kronis
Konsumsi alkohol dalam masyarakat barat dan malnutrisi yang terdapat di seluruh dunia merupakan penyebab pankreatitis kronis. Pada alkoholisme, insiden pankreatitis 50 kali lebih tinggi dibandingkan insidens dalam populasi bukan peminum. Konsumsi alkohol dalam waktu lama menyebabkan hipersekresi protein dalam sekret pankreas. Akibatnya akan terbentuk sumbat protein dan batu (kalkuli) dalam duktus pankreas. Alkohol juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel pankreas. Kemungkinan terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih parah pada pasien-pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk atau yang kandungan lemaknya terlampau tinggi atau rendah. (Brunner & Suddart).

C. PATOFISIOLOGI
Pankreatitis merupakan penyakit seistemik yang terdiri dari dua fase.Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam.Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi.Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua.Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.
Pankreatitis atau inflamasi pada pancreas terjadi akibat penyumbatan duktus pankreatikus, biasanya oleh batu empedu di duktus bilaris komunis. Hiperlipidemia adalah suatu factor resiko timbulnya pancreatitis. Hiperlipidemia dapat merangsang secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pancreas, atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu. Alkoholisme kronik juga berkaitan dengan pancreatitis, alcohol menambah konsentrasi protein dalam cairan pancreas dan mengakibatkan endapan yang merupakan inti untuk terjadinya kalsifikasi yang menyebabkan pancreatitis.


D. ANATOMI FISIOLOGI PANKREAS
Anatomi - Pankreas adalah organ yang terletak di bagian atas perut seseorang. Ini adalah sekitar 6 inci atau 15 cm panjang dan memiliki kepala bulat pipih yang dikelilingi oleh bagian dari duodenum disebut usus, tubuh sempit yang terletak di belakang perut dan ekor runcing yang terletak di bagian depan dari ginjal kiri (lihat gambar ). Letaknya di belakang usus duabelas jari dan mengandung sekumpulan sel yang disebut kepulauan Langerhans.







Gambar Pankreas
Fisiologi atau Fungsi-Pankreas merupakan salah satu organ dalam tubuh yang memiliki kedua fungsi eksokrin dan endocrinal. Fungsi eksokrin - ini mengeluarkan sebuah jus alkalin dengan enzim seperti - amilase dan lipase, yang membantu mencerna protein, lemak serta karbohidrat dari makanan yang kita makan. Jus alkalin dan membantu untuk menetralisir sekresi asam lambung. Ini mengeluarkan sekitar 1,5 liter jus ini dalam satu hari. Enzim disampaikan ke bagian atas dari usus kecil duodenum yang disebut melalui tabung yang disebut duktus pankreas. Pankreas juga mengandung sel yang menghasilkan getah pankreas. Getah pankreas adalah getah pencernaan yang mempunyai peran penting dalam mengolah tiga kelompok bahan makanan organik utama, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Getah pankreas ini terutama terdiri dari air, bikarbonat, dan enzim yang dapat dibedakan atas enzim tripsin, enzim amilase, serta enzim lipase.
Getah pankreas dialirkan ke usus duabelas jari melalui dua saluran di sepanjang pankreas. Pada usus duabelas jari, bikarbonat menetralisir chymus asam. Tripsin bekerja atas protein dalam makanan dan membantu menyempurnakan proses pencernaan makanan di dalam lambung bersama-sama dengan enzim pepsin yang dihasilkan oleh lambung. Amilase berperan dalam melanjutkan proses pemecahan karbohidrat yang telah dimulai oleh enzim ptyalin dalam air ludah. Sementara itu, lipase mempunyai peran yang tak kalah penting dalam proses pemecahan lemak.
Fungsi endokrin –yaitu Kepulauan Langerhans menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang digunakan untuk mengatur jumlah gula dalam darah. Insulin akan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen untuk kemudian menyimpannya di dalam hati dan otot. Suatu saat ketika tubuh membutuhkan tambahan energi, glikogen yang tersimpan di dalam hati akan diubah oleh glukagon menjadi glukosa yang dapat digunakan sebagai energi tambahan.

E. MANEFESTASI KLINIK
1. Pankreatitis Akut
Pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen hebat, melintang dan tembus ke bagian punggung.Biasanya disertai muntah.Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, umumnya tidak dapat diatasi dengan obat analagesik biasa.Tidak jarang pasien datang dengan kembung atau mengarah ke tanda-tanda ileus paralitik.Pada fase lanjut, pasien datang dalam keadaan sindrom syok atau dengan hemodinamik yang tidak stabil.
2. Pankreatitis Kronis
Insidens pankreatitis kronis meningkat pada laki-laki dewasa dan ditandai oleh serangan nyeri hebat di daerah abdomen bagian atas dan punggung, disertai muntah. Serangan nyeri sering sangat hebat sehingga pemberian preparat narkotik, sekalipun dengan dosis tinggi, tidak mampu meredakan nyeri tersebut. Resiko ketergantungan opiat akan meningkat pada pankreatitis karena sifatnya yang kronis dan hebatnya rasa nyeri.
Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronis. Biasanya disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorbsi mengakibatkan proses pencernaan bahan makanan khususnya protein dan lemak akan terganggu. Defekasi menjadi lebih sering dan feces menjadi berbuih (steatore) akibat gangguan pencernaan lemak.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pankreatitis bersifat simtomatik dan ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi.Semua asupan per oral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas.Pelaksanaan TPN (total parental nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting, khusus pada pasien dengan keadaan umum yang buruk, sebagai akibat dari stres metabolik yang menyertai pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik serta untuk mengeluarkan asam klorida.
• Penanganan Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karena akan mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas.
• Perawatan Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan serta mencegah gagal ginjal akut.
• Perawatan Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karena risiko untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru dan atelektasis cenderung tinggi.
• Drainase Bilier. Pemasangan drainase bilier dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi telah dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan membentuk kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat badan.
• Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis mulai menghilang. Pemberian makanan makanan per oral yang rendah lemak dan protein dimulai secara bertahap. Kafein dan alkohol tidak boleh terdapat dalam makanan pasien.
• Pertimbangan Gerontik. Pankreatitis akut dapat mengenai segala usia; meskipun demikian, angka mortalitas pankreatitis akut meningkat bersamaan dengan pertambahan usia.
• Tindakan Bedah
Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat:
1. Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi intensif.
2. Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan rejatan yang sukar diatasi.
3. Timbulnya sepsis.
4. Gangguan fungsi ginjal yang progresif.
5. Tanda-tanda peritonitis.
6. Bendungan dari infeksi saluran empedu.
7. Perdarahan intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif) bilamana timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses, pembentukan fistel, ileus karena obstruksi pada duodenum atau kolon, pada perdarahan hebat retroperitoneal atau intestinal.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Amylase dan lipase dihasilkan oleh pancreas dan dibersihkan oleh ginjal. Derajat amylase serum atau peningkatan lipase tidak menunjukkan beratnya pankreatitis
b. Ultrasound dan scan CT dari pancreas bermanfaat dalam mendeteksi luasnya edema atau nekrosis.
c. Pemeriksaan LAB tambahan meliputi pemeriksaan fungsi hepar, elektrolit serum, glukosa serum.GDA,JDL d. Hitung leukosit, meningkat bila terjadi peradangan dan semakin tinggi apabila terjadi infeksi.
e. Pemeriksaan seri GI atas sering menunjukkan bukti pembesaran pancreas/eradangan
f. Glukosa serum, hiperglikemia lanjut menunjukkan luasnya kerusakan sel beta dan nekrosis pancreas dan tanda prognosis buruk. Urinalisa: amylase, mioglobin, hematuria, proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerulus)

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang utama berkenaan dengan pankreatitis adalah pseudokista dan pembentukan abses. Rongga-rongga abnormal ini akhirnya pecah dan menimbulkan peritonitis. Nekrosis pada pancreas, abses pancreas.

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Sirkulasi
Tanda : hipertensi (nyeri akut), hipotensi dan takikardia (syok hipovolemia atau toksemia)
Integritas ego
Tanda : agitasi, gelisah, distress, ketakutan
Eliminasi
Gejala : muntah
Tanda : sakit abdomen, distensi, dan nyeri lepas
Makanan/cairan
Gejala : tidak toleran terhadap makanan, anoreksia, muntah-muntah
Penurunan berat badan
Neurosensori
Tanda : bingung, agitasi
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdominal dalam berat yang tak berhubungan, biasanya terlokasi pada epigastrium
Timbulnya tiba-tiba berhubungan dengan minuman keras atau makan terlalu banyak.
Pernapasan
Tanda : takipnea, dengan atau tanpa dispnea
Penurunan kedalaman pernapasan dengan tindakan menekan/tegang
Penyuluhan
Gejala : pemasukan alcohol
Penggunaan obat



B. DAMPAK KDM














C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d inflamasi
2. Pola pernapasan yang tidak efektif b/d imobilisasi akibat rasa nyeri yang hebat
3. Kekurangan volume cairan b/d muntah
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d muntah, kehilangan enzim pencernaan dan insulin
5. Takut b/d kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d inflamasi
Tujuan: nyeri hilang dan terkrntrol
• Lihat lokasi dan intensitas nyeri dan catat factor yg meningkatkan serta menghilangkan nyeri
R/:nyeri sering menyebar, berat. Nyeri pada kuadran kanan atas menunjukkan nyeri kepala pancreas, nyeri pada kuadran kiri atas menunjukkan nyeri pada ekor pancreas. Nyeri terlokalisir menunjukkan adanya abses.
• Beri tindakan nyaman, relaksasi, aktivitas hiburan
R/:meningkatkan relaksasi dan memapukan pasien memfokuskan perhatian dapat meningkatkan koping
• Pertahankan lingkungan bebas makanan berbau
R/:rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim pancreas yang dapat meningkatkan nyeri
• Berikan analgesic pada waktu yang tepat
R/:nyeri berat/lama dapat meningkatkan syok dan lebih sulit hilang
• Kolaborasi pemberian analgesic (meperidin dan ranitidine)
R/: meringankan atau menghilangkan nyeri
2. Pola pernapasan yang tidak efektif b/d akibat rasa nyeri yang hebat, efusi pleura dan atelaktasis, infiltrate pulmonel
Tujuan: perbaikan fungsi respiratorius
• Kaji status pernapasan
R/:infeksi intraabdomen dan pernapasan yang berat akan meningkatkan kebutuhan metabolic tubuh yang selanjutnya akan menurunkan cadangan paru dan menimbulkan gagal napas
• Pertahankan posisi semi fowler
R/:penurunan tekanan diagfragma dan memungkinkan ekspansi paru yang lebih besar.
• Anjurkan pasien untuk latihan napas dalam dan batuk efektif
R/:latihan napas dalam dan batuk efektif akan membersihkan jalan napas dan mengurangi atelaktasis.
3. Kekurangan volume cairan b/d muntah
Tujuan: mempertahankan hidrasi yang adekuat
• Hitung keseimbangan cairan 24 jam
R/:indicator kebutuhan penggantian/keefektifan terapi
• Timbang berat badan sesuai indikasi
R/:penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia
• Catat turgor kulit, membrane mukosa kering, keluhan haus
R/:indicator fisiologi lanjut dari dehidrasi
• Selidiki perubahan sensori, contoh bingung, respons lambat
R/:perubahan mungkin berhubungan dengan hipovolemia, hipoksia. Ketidakseimbangan elektrolit atau delirium (pada pasien dengan pankreatistis akut sekunder terhadap pemasukan alcohol berlebihan)
• Ganti elektrolit contoh: natrium, kalium, klorida, kalsium sesuai indikasi
R/:penurunan pemasukan oral dan hilang berlebihan mempengaruhi keseimbangan elektrolit/asam-basa, yang perlu untuk mempertahankan fungsi seluler/organ.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d muntah, kehilangan enzim pencernaan dan insulin.
Tujuan: menunjukkan pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat dengan peningkatan berat badan menjadi normal.
• Kali abdomen, catat adanya bising usus,distensi abdomen dan keluhan mual
R/:distensi abdomen mengakibatkan penurunan bising usus dan hilangnya gejala menunjukkan kesiapan untuk penghentian aspirasi gaster.
• Berikan perawatan oral
R/:menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi mukosa kering sehubungan dengan dehidrasi.
• Observasi warna/konsistensi feses
R/:steatorae (tak berbentuk) terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna.
• Bantu pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dn pembatasan bila diet dimulai.
R/:kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan. Penggunaan stimulant gaster seperti kafein, alcohol, sigaret, makanan penghasil gas atau makan terlalu banyak dapat mengakibatkan rangsangan berlebihan pada pancreas/berulangnya gejala.
• Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman visual.
R/:mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran glucagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin (kerusakan sel beta).
• Tes urin untuk gula dan aseton
R/:deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya ketoasidosis.
5. Takut b/d kurang pengetahuan dan informasi tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
Tujuan: menyatakan pemahaman kondisi/proses penyaki dan pengobatan.
• Kaji ulang penyebab khusus terjadinya episode dan prognosis
R/:memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.
• Diskusikan penyebab lain/factor yang berhubungan contoh masukan alkohol berlebihan, penyakit kandung empedu, ulkus duodenum.
R/:penghindaran dapat membantu membatasi kerusakan dan mencegah terjadinya kondisi kronis.
• Pajankan pada program pengobatan/rehabilitasi ketergantungan zat kimia bila diindikasikan.
R/:penyalagunahan alcohol secara nyata paling umum menyebabkan terulangnya pancreatitis kronis. Penggunaan obat lain meningkat sebagai factor, apakah diresepkan atau beli dijalan. Cat: nyeri pancreatitis dapat berat dan lama dan dapat menimbulkan ketergantungan narkotik memerlukan rujukan pada klinik nyeri.
• Kaji ulang pentingnya mulai makan lambat dan berlanjut ke bentuk saring, diet rendah lemak, makan frekuensi sering.
R/:pemahaman tujuan diet dalam memaksimalkan penggunaan enzim yang ada dengan menghindari rangsangan berlebihan pada pancreas dapat meningkatkan keterlibatan pasien dalam pengawasan diri tentang kebuthan diet dan berespons terhadap makanan.
• Anjurkan menggunakan pengganti enzim pancreas dan terapi garam empedu sesuai indikasi, hindari makanan/minuman panas.
R/:bila kerusakan permanen terjadi pada pancreas, defisiensi eksokrin akan terjadi, memerlukan penggantian jangka panjang, makanan dan minuman panas dapat membuat enzim tidak aktif.
E. EVALUASI
Hasil Yang diharapkan dari pasien menjadi dasar untuk mengevaluasi sejauh mana perkembangan yang telah dicapai pasien. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara lain :
1. Apakah grjala-gejala telah mereda?
2. Apakah semua serum amylase telah normal?
3. Apakah terdapat deteksi dini dan penanganan komplikasi?
4. Apakah pasien telah cukup siap untuk melakukan perwawatan diri dan pengobtan di rumah?
5. Apakah pasien dan keluarganya telah memilih tempat pelaynan pendukung yan sesuai?