Rabu, 13 Oktober 2010

“PENGKAJIAN FUNGSI IMUN”

Penilaiian fungsi imun dimulai dari hasil anam nesis riwayat kesehatan pasien dan pemeriksaan fisik. Riwayat kesehatan pasien harus mengandung informasi yang rinci mengenai factor-faktor di masa lalu serta sekarang dan berbagai kejadian yang dapat mempengaruhi system imun. Factor-faktor dan kejadian ini mencakup infeksi, alergi kelainan auto imun, penyakit neoplasma, keadan sakit yang kronis, riwayat pembedahan, imunisasi, penggunaan obat-obtan dan transfuse darah.
1. Riwayat Kesehatan
• Infeksi dan imunisasi
Kepada pasien di Tanya tentang status imunisasi yaitu, imunisasi yang baru saja didapat atau imunisasi yang didapat pada masa kecil dan penyakit yang pernah diderita pada masa kanak-kanak.
Riwayat kontak dengan penyakit tuberklosis yang diketahui pada masa lalu dan sekarang harus di periksa , dan tanggal tes tuberculin dan pemeriksaan sinar X harus di dapat. Kontak yang dialami pasien akhir-akhir ini dengan infeksi apapun dan tanggal terjadinya harus ditanyakan. Riwayat infensik did an sekarang disamping tanggal dan tipe terapi yang pernah di jalani pasien harus di peroleh bersama sama dengan riwayat infeksi, demam yang tidak di ketahui penyebabnya, lesi atau luka-luka.
• Alergi
Kepada paien ditanya tentang riwayat alergi, termasuk tipe allergen (debu, serbuk, kosmetik, makanan, obat-obatan dan vaksin), gejala yang dialaminya tau beratnya gejal. Riwayt pemeriksaan yang pernah atau yang sedang di jalani oleh pasien untuk mengatasi kelainan alergi dan efektivitas pengobatan tersebut harus ditnyakan. Semua riwayat alergi terhadap obat dan makanan harus dicantumkan pada sticker “waspada alergi” serta ditempelkan didepan catatan obt pasien. Penilaian yang berkelanjutan terhadap reaksi alergi yang berpotensi terjadi pada pasien ini merupakan pemeriksaan yang sangat penting.
• Kelainan Autoimun
Kepada pasien ditanyakan kelainan autoimun seperti lupus eritomatosus, arthritis rheumatoid, atau psoriasis. Dan terapi yang pernah atau sedang dijalani harus ditanyakan secara rinci.
• Penyakit Neoplasma
Riwayat penyakit kanker harus ditanyakan. Jika terdapat riwayat kanker dalam keluarga, kita harus memperhatikan tipe kanker tersebut, usia pasien pada awitannya dan hubunga pasien dengan anggota keluarga yang emderita kanker. Riwayat kanker pada pasie harus juga kita ketahui bersama engan tipe dan tangggal penegakan diagnosanya. Semua terapi yang pernah dijalani dicatat dng seksama. Bentuk-bentuk terapi seperti, radiasi, kemoterapi, dan tak lupa menanyakan hasil teks diagnostiknya.
• Sakit Kronik dan Pembedahan
Pengkajian kesehatan mencakup riwayat sakit kronik seperti diabetes militus, penyakit renal atau penyakit paru menahun. Riwayat awitan, berat gejala. Selain itu, Riwayat pembedahan atau operasi pengakatan lien, atau kelenjar timus, ataupun riwayat transplantasi organ harus dicatat mengingat semua kondisi ini dapat menempatkan pasien dalam resiko untuk mengalami gangguan fungsi imun.
• Obat-Obatan Dan Transfusi Darah
Riwayat penggunaan obatpada masa lalu dan sekarang harus ditanyakan. Dalam dosis yang tinggi, antibiotic,kortikosteroid,dll disamping obat-obat anastesi dapat menimbulkan supresi kekebalan. Riwayat transfuse darah yang dilakukan Satu kali atau , harus ditanyakan mendetail. Karena mengingat kontak dengan antigen asing melalui transusi dapat disertai dengan fungsi imun yang abnormal.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Imun
Yang harus dikaji yaitu :
a. Kebiasaan merokok
b. Asupan diet
c. Tingkat stress yang diderita pasien
d. Status nutrisi yang buruk
e. Pemakaian obat-obatan dan transfuse darah
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan jasmani, kondisi kulit dan membrane mukoa pasien harus dinilai untuk menemukan lesi, dermatitis, pendarahan subkutan, urtikaria, inflamasi, atapun pengeluaran secret. Selain itu, tanda-tanda infeksi perlu diperhatikan. Suhu tubuh pasien dicatat dan diobservasi dilakukan untuk mengamati gejala mengigil serta perspires.
Kelenjar limfa servikal anterior serta posterior, aksilaris dan inguinalis harus di palpasi untuk menemukan pembesaran , jika kelenjar limfa dan nodus limfatikus teraba , maka lokasi, ukurn, konsistensi dan keluhan nyeri harus dicatat.
Pemeriksaan sendi-sendi dilakukan untuk menilai nyeri tekan serta pembengkakan dan keterbatasan kisaran gerak. Status respiratorius pasien di evaluasi dengan memantau frekuensi pernafasan dan menilai adanya gejala batuk serta setiap suara paru yang abnormal . pasien juga dikaji untuk menemukan rhinitis, hiperventilasi dan bronkospasme.
Status kardiovaskuler di evaluasi dengan memeriksa kemungkinan hipotensi, takikardia, aritmia, vaskulitis, dan anemia. Status gastrointestinal pasien dinilai dengan mengecek kemungkinan hepatosplenomegali, colitis dan vomitus serta diare. Status urogenital dinilai dengan mengamati tanda-tanda infeksi saluran kemih (sering kencing dengan rasa terbakar saat buang air kecil, hematuria dan pengeluaran secret dari uretra).
Pemeriksaan pasien juga dilakukan untuk menilai perubahan pada status neurosensorik ( yaitu. Gangguan fungsi kognitif, gangguan pendengaran , perubahan visual, sakit kepalaserta migraine). Status nutrisi pasien, tingkat stress dan kemampuan mengatasi masalah juga harus dinilai bersama dengan usianya dan setiap keterbatasan fungsional (mudah lelah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar